headline photo

Batak, Jawa, Arab ,dan Amerika,

Thursday 28 August 2014

Seorang lelaki Batak sedang mengadakan perjalanan dari Jakarta ke Hawaii dengan menumpang pesawat terbang ...

Beberapa lelaki lain duduk sejajar dengannya, yaitu lelaki Jawa asli, Arab dan Amerika.
Pada jam makan siang, Pramugari menghidangkan makanan pada semua penumpang. Setelah selesai makan lelaki Batak ini memperhatikan lelaki lain yang duduk sejajar dengannya.
Pertama sekali dia lihat si orang Amerika mengeluarkan selembar uang 100 dollar Amerika, membersihkan mulut dan tangannya dengan uang itu... kemudian dibuang...
Si orang Batak terkejut... "Bahh... kok kau buang uang 100 dollar mu itu???"
Dengan tenangnya si Amerika menjawab (setelah diterjemahkan..) "Ah, tenang saja Amerika kan kaya, masih banyak dollar!!"
Seterusnya dia lihat si orang Arab, selesai makan mengeluarkan sebotol minyak wangi yang (pasti) mahal... menyemprotkannya ke tangan dan dada...dan dibuang...
Si orang Batak terkejut lagi...
"Bahh... kok kau buang minyak wangi mu itu? Kan masih banyak isinya??"
Dengan tenang si Arab menjawab (juga setelah diterjemahkan..)
"Ah, tenang saja, kan Arab kaya, masih banyak minyak di sana!"...
Busyet, si orang Batak terkejut setengah mati. Akhirnya dia ambil lelaki Jawa disebelahnya dia lempar keluar pesawat. Kali ini lelaki Amerika dan
Arab yang terkejut...
"Kenapa kamu lempar dia??"
Dengan tenang si orang Batak menjawab,
"Ah, tenang sazza lah, Indonesia kaya, masih banyak orang Zawa di sana..."

Pertama Kali Lihat Lift,



Seorang Batak kampung menang undian untuk bisa ke Jakarta dengan keluarganya. Sampai di Jakarta mereka sekeluarga pergi belanja ke Pondok Indah Mall. mereka terheran-heran melihat segala sesuatu di sana.
Mereka kemudian berhenti di depan dua buah pintu perak yg bisa buka-tutup sendiri. Si anak kemudian bertanya kepada bapaknya dgn logat Batak 
"Pak benda apa ini ?" 
Si bapak pun menjawab " Bah ! mana aku tau.... seumur hidupku aku tak 
pernah melihat benda seperti ini !"


Dengan masih terheran-heran, mereka melihat seorang wanita tua menekan sebuah tombol di depan dua buah pintu perak itu, kemudian pintu terbuka, & wanita tua itu masuk ke dalam ruangan kecil didalam dua pintu perak itu. 
Mereka melihat lampu-lampu dengan angka-angka menyala-nyala mulai dari yg paling kiri ke yg paling kanan dan kemudian balik lagi ke yang paling kiri. 
Kedua pintu perak itu kemudian terbuka, dan keluarlah seorang wanita cantik dan sexy dari sebuah ruangan di dalam kedua pintu itu. 
Si bapak kemudian berbisik kepada anaknya, 
"Cepat...Panggil mamak kau  !"

Horas Bah !


BBM naik, hidup tambah SIMANUNGKALIT
Harga2 NAEK, SAGALA PANDAPOTAN MANURUNG,
Banyak SIHOTANG
Hidup bagaikan mendaki TOBING
Tak ada lagi HARAHAP
Kepala pusing sampai SIBUTAR BUTAR
Rambut rontok dan nyaris POLTAK
Jumlah rakyat miskin sudah PANGARIBUAN
Anak-anak menangis MARPAUNG-PAUNG
Otak sudah SITOMPUL
Tapi kita masih diminta sabar SITORUS
Jangan putus HARAHAP katanya..
Mintalah PARLINDUNGAN,
supaya BONAR-BONAR selamat ...

BUTET dah... !!

Mencoba Minum Tuak Batak 15 Gelas,



Seorang bule yang sedang jalan-jalan ke Medan mendengar soal tuaknya orang Batak dan betapa kerasnya minuman itu. Iseng-iseng dia masuk ke sebuah kedai tuak dan menantang pengunjungnya.
"Siapa yang bisa minum 15 gelas tuak sekaligus, saya kasih uang 500 dollar", katanya sambil meletakkan uang yang dimaksud.
Semua pengunjung terdiam, tak ada yang melayani tantangan itu. Bahkan si Tigor yang sedang duduk di sana melangkah keluar.
30 menit kemudian Tigor terlihat kembali ke kedai itu, mendekati si bule dan bertanya, "Hei Mister! Apa tantanganmu tadi masih berlaku?"
"Masih!" jawab Bule itu.
"Ok, aku terima tantangan kau Mister," jawab Tigor.
Segeralah dideretkan 15 gelas tuak di meja. Si Tigor langsung menenggak satu demi satu gelas tuak itu tanpa henti, dan segera saja seluruh gelas kosong.
Si bule hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. 15 gelas tuak habis di minum semua oleh Tigor. Diserahkannya 500 dollar itu ke tangan Tigor sambil bertanya, "Boleh saya tanya tadi waktu anda keluar, anda pergi ke mana?"
"Ooo..itu", jawab Tigor.
"Aku kan tidak tolol Mister. Sebelum menerima tantangan Mister, aku pergi ke Kedai tuak sebelah, di sana aku cobak dulu apa aku bisa..." (Makanya jangan coba-coba tantangin orang batak minum tuak... baru 15 gelas, 30 gelas juga ditelan abis...tapi..? mabok gak yahhhh ?)

Orang Batak Medan,


Seorang supir truk berpelat nomor BK berhenti di depan gerobak penjaja minuman, di sebuah pasar di Solo.
“Kasih dulu cendolnya, Embak..”
“Mboten enten, Mas,” jawab si pedagang perempuan dengan lembutnya. Cendol sudah tidak ada.
“Hah, nggak pakek santen pun tak ‘papalah…” kata si supir Batak lagi dengan sedikit memaksa.
“Sampun telas, Maaas,” jawab si pedagang perempuan lagi dengan sabarnya. Cendol sudah habis.
“Hah, nggak pakek gelas pun tak ‘papalah…”
“Dasar wong edan,” gerutu si pedagang sambil kebingungan.
“Heh?! Koq tau pulak kau kalau aku orang Medan?!”

Manuhor Handphone, Pulsa Dohot JaringanNa,



Adong ma sada ama-ama sian huta pardomuan, sukses besar dalam bisnis durianna. Panen na sukses hampir mencapai omzet 10 juta dalam 1 bulan. Alani lumayan do untung na, gabe kepingin ma amanta i laho mar handphone sebagaimana nadi nipi-ipihon salelengon.

Laho ma amatta i tu sada toko handphone di bilangan segitiga emas Sidikalang, alias jalan Sisingamangaraja. Songonon ma kira-kira pembicaraan antara amanta i dohot par toko handphone on:

A : "Ai laho manuhor handphone au lae, na songon dia do na pas di natua-tua songon au. Argana hira-hira 1 tu 2 juta. Ai nasai do pe adong hepengku."
TH : "Ohh... adong amang, type na NOKIA 3260, balga-balga do tombol na, dang susa amang molo lau mamiccit nomorna. On ma contoh na amang. Argana holan 1,5 juta do."
A : "Boi .. boi ma i. Baen ma dohot nomor na sekalian. Pasang ma sekaligus, dang hupaboto-boto mamasang i, sekalian ma dohot pulsana."
TH: "Boi amang, on ma nomor na, pillit hamu ma. Molo pulsana, na sadia ma ta baen amang, adong 25 ribu, 50 ribu dohot 100 ribu."
A : "Ai hamu ma mamillit nomor nai, baen ma nomor na bagak. Molo pulsanai si 100 ribu ma baen."
TH : "Boi amang, alai sebelum hupillit no nai, ai didia do halak amang tinggal?"
A : "Di pardomuan, jonok do tu tigalingga"
TH : "Ohh... alai hurasa amang, dang adong dope sahat jaringan tu Pardomuan."
A : "Ima... ima .. nga boi i . Baen ma 100 ribu dohot jaringan na i, bila porlu 200 ribu pe boi, asa unang mulak-ulak iba tu Sidikkalang on."
TH : "???!!??"

Bawa Oleh-Oleh Mangga,

 

Satu waktu seorang Bapak yang baru datang dari Toba mengunjungi anaknya yang sudah lama merantau di Bandung. Setelah beberapa hari tinggal di rumah anaknya dia pun bermaksud mengunjungi familinya yang tidak jauh tinggalnya dari tempat kost anaknya di perkampungan yang padat dan harus melewati gang-gang. Dia pun membeli 2 kg mangga sebagai oleh-oleh.
Di perjalananan karena gangnya memang sempit, setiap kali dia melewati orang-orang yang sedang duduk depan rumahnya, si Bapak mengatakan permisi dan disahut mangga. Si Bapak merasa heran, kok mereka tahu ya saya bawa mangga? Lalu diberikannya sebuah mangga kepada orang tersebut, demikian seterusnya setiap kali dia mengatakan permisi dan disahut mangga, dia memberikan sebuah mangga. Sampai akhirnya habislah mangga yang dibelinya tersebut.
Sesampai di rumah kerabatnya, dia pun menceritakan bahwa tadinya dia membawa mangga untuk oleh-oleh, tetapi diperjalanan habis diminta orang-orang. Dia pun menceritakan apa yang dialaminya dan kerabatnya itu pun tertawa terbahak-bahak...

Butet Menghadapi Ujian Semester,


Alkisah, Butet si Gadis Cantik dari Batak akan menghadapi ujian semester. Agar bisa konsentrasi, dia memutuskan menyepi ke villanya di Puncak. Setelah keluar dari jalan tol Jagorawi, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu Cipanas.


Beberapa pemuda tanggung langsung hutasoit-soit melihat butet yang seksi itu. Tapi butet tidak peduli, dia jala sitorus memasuki rumah tanpa menanggapi. Sepiring Naibaho yang hangat dengan ikan gurame yang dibakar dengan batubara membuatnya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan semangkok nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut , Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan kesana ber-bukit-bukit. Kadang nainggolan, kadang manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak pohan. Kebanyakan pohan ”tanjung“. Beberapa diantaranya ada yang simatupang diterjang badai semalam.
Begitu sampai di villa, Butet membuka pintu mobil, wow, siregar sekali hawanya, berbeda dengan jakarta yang panggabean penuh asap. Hembusan perangin-angin pun sepoi-sepoi menyejukkan. Sejauh simarmata memandang warna hijau semuanya. Tidak ada tanah yang girsang.
Mulanya butet ingin berenang. Tetapi yang ditemukan hanyalah bekas kolam renang yang akan di -hutahuruk dengan tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di kebun teh saja. Sedang asik-asiknya menikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seekor ular yang sangat besar ”Sinaga... !” teriaknya sambil lari sitanggang langgang.
Celakanya dia malah terpeleset dari tobing yg tinggi sehingga bibirnya sihombing. Kasihan sekali..., butet menangis marpaung-paung lantaran kesakitan.
Tetapi..., dia lantas ingat... bahwa sebagai orang batak pantang untuk menangis. Dia harus togar...!
Maka, dengan menguatkan, dia pergi ke puskesmas setempat untuk melakukan panjaitan terhadap bibirnya yang sihombing itu. Mantri puskesmas tergopoh-gopoh simangunsong di pintu untuk menolongnya.
”Hem... ongkosnya pangaribuan... ” kata mantri setelah memeriksa sejenak.
”Itu terlalu mahal... bagaimana kalau napitupulu saja?” tawar si Butet
”Napitupulu terlalu murah, mengertilah saya sebagai PNS pandapotan saya khan kecil sekali , ekonomi keluarga saya sudah sangat ginting sekali,” kata mantri memelas
”Jangan begitulah, masa tidak siahaan melihat bibir saya begini?“.
”Baiklah , tapi panjaitan nya pakai jarum sitompul saja” sahut mantri mulai agak kesal.
”Cepatlah! aku sudah hampir munthe, yach... saragih sedikit tidak apa-apalah, dari pada bibirku sihombing terus...”
Malamnya...,
Ketika sedang asik belajar sambil makan kue lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan rajagukguk. Wah... Butet bonar-bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara di pintunya berbunyi ”Poltak...!” keras sekali.
”Ada situmorang ……! “,
”Sialan, cuma kucing...” desahnya lega. Dia sudah sempat berpikir yang silaen-laen.
Selesai belajar...,
Butet menyalakan televisi. Ternyata ada siaran Discovery chanel yang menampilkan hutabarat Amazon di Kanada yg terkenal itu serta simamora gajah purba yang berbulu lebat. Saat commercial break, muncul lagu nasional RI yang terkenal dengan seruannya ”Simanjuntak gentar, sinambela yang benar...!”.
Keesokan harinya...,
Butet kembali ke Jakarta dan langsung pergi ke kampus.
Di depan ruang ujian dia membaca tulisan ”Harahap tenang, ada ujian “.
Butet bergumanm ” ah ….. aku kan marpaung, boleh ribut dong …. ! “.

Film Box Office dalam Bahasa Batak,

Enemy at the gates -- Matte ho, nga ro !
Remember the Titans -- Ingot hamu partompaon i
The Italian Job -- Parbola
Die Hard -- Dang ra mate
Die Hard II -- Tong, dang olo mate
Die Hard III -- Dang marna mate fuang !!
Bad Boys -- Si roa balangs
Sleepless in Seattle -- Markombur di radio, dia boi modom ?
Lost in Space -- Dibondut banua holling
X-Men -- Pantang so bilak
X-Men 2 -- Tong sai pabilak-bilakhon
The Brotherhood of War -- Manat Mardongan-tubu
Paycheck -- Bayar habis panen ma i, bah!
Independence Day -- Agustusan
The Day After Tomorrow -- Haduan
Die Another Day -- Dang jadi mate sadarion
There is Something About Marry -- Si Maria Pargabus
Silence of the Lamb -- Hambing Parhohom
Planet of the Apes -- Huta ni Bodat
Gone in Sixty Second -- Marimpot-impot
Freddy vs Jason -- Peredi VS Jekson
Air Bud -- Panangga (biang)
How To Lose A Girl in 10 Days -- Topar
Lord Of The Ring -- Tulang. (ai tulang do si jalo tintin marangkup )
Deep Impact -- Hansit naii
Million Dollar Baby -- Ai sajuta arga ni Babi saonari?
Blackhawk Down -- Lali lao manangkup manuk
Saving Private Ryan -- (Ai ise si Ryan on? So ditanda batak goar 'rian'. Peredi, Jekson, Mikael, Ultop, ... dll.)
Dumb and Dumber -- Lam Loakon
The Collateral -- Si Padalan Hepeng
Braveheart -- Parate-ate
Payback -- Garar Utangmu
My Greek Big Fat Wedding -- Muli Sikobol-kobol
I Know What You Did Last Summer -- Datu
I Still Know What You Did Last Summer -- Unang gabusi ahu, hutanda do ho Ito
Cold Mountain -- Dolok Sanggul ma i...
Any Given Sunday -- Marminggu Hamu Fuang
Beautiful Mind -- Nipi Nama i
Drunken Master -- Parmitu
The Gift -- Durung-durung
Lion King -- Sisingamangaraja
Mr. & Mrs. Smith -- Smith Dohot Oroan na
Rest In Peace -- Dison Do Maradian (bah, judul film apa pulak lagi ini?)
Run Away Jury -- Martabuni Ho Tulang a
Step Mom -- Inang Panirang-Nirangan
Band of Brother --- Dongan Sabutuha, Dongan Sapargaulan
2 Fast 2 Furious --- Manat-manat di dalan.

Asal Usul Dalihan Natolu

Legenda Putri Nai Manggale

Pada suatu hari Raja Panggana yang terkenal pandai memahat dan mengukir mengadakan pengembaraan keliling negeri. Untuk biaya hidupnya, Raja Panggana sering memenuhi permintaan penduduk untuk memahat patung atau mengukir rumah. Walaupun sudah banyak negeri yang dilaluinya dan banyak sudah patung dan ukiran yang dikerjakannya, masih terasa padanya sesuatu kekurangan yang membuat dirinya selalu gelisah.
Untuk menghilangkan kegelisahannya, ia hendak mengasingkan diri pada satu tempat yang sunyi. Di dalam perjalanan di padang belantara yang penuh dengan alang-alang ia sangat tertarik pada sebatang pohon tunggal yang hanya itu saja terdapat pada padang belantara tersebut. Melihat sebatang pohon tunggal itu Raja Panggana tertegun. Diperhatikannya dahan pohon itu, ranting dan daunnya. Entah apa yang tumbuh pada diri Raja Panggana, ia melihat pohon itu seperti putri menari. Dikeluarkannya alat-alatnya, ia mulai bekerja memahat pohon itu menjadi patung seorang putri yang sedang menari. Ia sangat senang, gelisah hilang. Sebagai seorang seniman ia baru pernah mengagumi hasil kerjanya yang begitu cantik dan mempesona. Seolah-olah dunia ini telah menjadi miliknya. Makin dipandangnya hasil kerjanya, semakin terasa pada dirinya suatu keagungan.
Pada pandangan yang demikian, ia melihat patung putri itu mengajaknya untuk menari bersama. Ia menari bersama patung dipadang belantara yang sunyi tiada orang. Demikianlah kerja Raja Panggana hari demi hari bersama putri yang diciptakannya dari sebatang kayu. Raja Panggana merasa senang dan bahagia bersama patung putri. Tetapi apa hendak dikata, persediaan makanan Raja Panggana semakin habis. Apakah gunanya saya tetap bersama patung ini kalau tidak makan ? biarlah saya menari sepuas hatiku dengan patung ini untuk terakhir kali. Demikian Raja Panggana dengan penuh haru meninggalkan patung itu. dipadang rumput yang sunyi sepi tiada berkawan. Raja Panggana sudah menganggap patung putri itu sebagian dari hidupnya.
Berselang beberapa hari kemudian, seorang pedagang kain dan hiasan berlalu dari tempat itu. Baoa Partigatiga demikian nama pedagang itu tertegun melihat kecantikan dan gerak sikap tari patung putri itu. Alangkah cantiknya si patung ini apabila saya beri berpakaian dan perhiasan. Baoa Partigatiga membuka kain dagangannya. Dipilihnya pakaian dan perhiasan yang cantik dan dipakaikannya kepada patung sepuas hatinya. Ia semakin terharu pada Baoa Partigatiga belum pernah melihat patung ataupun manusia secantik itu. dipandanginya patung tadi seolah-olah ia melihat patung itu mengajaknya menari.
Menarilah Baoa Partigatiga mengelilingi patung sepuas hatinya. Setelah puas menari ia berusaha membawa patung dengannya tetapi tidak dapat, karena hari sudah makin gelap, ia berpikir kalau patung ini tidak kubawa biarlah pakaian dan perhiasan ini kutanggalkan. Tetapi apa yang terjadi, pakaian dan perhiasan tidak dapat ditanggalkan Baoa Partigatiga. Makin dicoba kain dan perhiasan makin ketat melekat pada patung. Baoa Partigatiga berpikir, biarlah demikian. Untuk kepuasan hatiku baiklah aku menari sepuas hatiku untuk terakhir kali dengan patung ini. Iapun menari dengan sepuas hatinya. Ditinggalkannya patung itu dengan penuh haru ditempat yang sunyi dan sepi dipadang rumput tiada berkawam.
Entah apa yang mendorong, entah siapa yang menyuruh seorang dukun perkasa yang tiada bandingannya di negeri itu berlalu dari padang rumput tempat patung tengah menari. Datu Partawar demikian nama dukun. Perkasa terpesona melihat patung di putri. Alangkah indahnya patung ini apabila bernyawa. Sudah banyak negeri kujalani, belum pernah melihat patung ataupun manusia secantik ini. Datu Partawar berpikir mungkin ini suatu takdir. Banyak sudah orang yang kuobati dan sembuh dari penyakit. Itu semua dapat kulakukan berkat Yang Maha Kuasa.
Banyak cobaan pada diriku diperjalanan malahan segala aji-aji orang dapat dilumpuhkan bukan karena aku, tetapi karena ia Yang Maha Agung yang memberikan tawar ini kepadaku. Tidak salah kiranya apabila saya menyembah Dia Yang Maha Agung dengan tawar yang diberikannya padaku, agar berhasil membuat patung ini bernyawa. Dengan tekad yang ada padanya ini Datu Partawar menyembah menengadah keatas dengan mantra, lalu menyapukan tawar yang ada pada tangannya kepada patung. Tiba-tiba halilintar berbunyi menerpa patung. Sekitar patung diselimuti embun putih penuh cahaya.
Waktu embun putih berangsur hilang nampaklah seorang putri jelita datang bersujud menyembah Datu Partawar. Datu Partawar menarik tangan putri, mencium keningnya lalu berkata : mulai saat ini kau kuberi nama Putri Naimanggale. Kemudian Datu Partawar mengajak Putri Naimanggale pulang kerumahnya…….
Konon kata cerita kecantikan Putri Naimanggale tersiar ke seluruh negeri. Para perjaka menghias diri lalu bertandang ke rumah Putri Naimanggale. Banyak sudah pemuda yang datang tetapi belum ada yang berkenan pada hati Putri Naimanggale. Berita kecantikan Putri Naimenggale sampai pula ketelinga Raja Panggana dan Baoa Partigatiga. Alangkah terkejutnya Raja Panggana setelah melihat Putri Naimanggale teringat akan sebatang kayu yang dipahat menjadi patung manusia.
Demikian pula Baoa Partigatiga sangat heran melihat kain dan hiasan yang dipakai Putri Naimanggale adalah pakaian yang dikenakannya kepada Patung, Putri dipadang rumput. Ia mendekati Putri Naimanggale dan meminta pakaian dan hiasan itu kembali tetapi tidak dapat karena tetap melekat di Badan Putri Naimanggale. Karena pakaian dan hiasan itu tidak dapat terbuka lalu Baoa Partigatiga menyatakan bahwa Putri Naimanggale adalah miliknya. Raja Panggana menolak malahan balik menuntut Putri Naimanggale adalah miliknya karena dialah yang memahatnya dari sebatang kayu. Saat itu pula muncullah Datu Partawar dan tetap berpendapat bahwa Putri Naimanggale adalah miliknya. Apalah arti patung dan kain kalau tidak bernyawa. Sayalah yang membuat nyawanya maka ia berada di dalam kehidupan. Apapun kata kalian itu tidak akan terjadi apabila saya sendiri tidak memahat patung itu dari sebatang kayu. Baoa Partigatiga tertarik memberikan pakaian dan perhiasan karena pohon kayu itu telah menajdi patung yang sangat cantik. Jadi Putri Naimanggale adalah milik saya kata Raja Panggana. Baoa Partigatiga balik protes dan mengatakan, Datu Partawar tidak akan berhasrat membuat patung itu bernyawa jika patung itu tidak kuhias dengan pakaian dan hiasan. Karena hiasan itu tetap melekat pada tubuh patung maka Raja Partawar memberi nyawa padanya. Datu Partawar mengancam, dan berkata apalah arti patung hiasan jika tidak ada nyawanya ? karena sayalah yang membuat nyawanya, maka tepatlah saya menjadi pemilik Putri Naimanggale. Apabila tidak maka Putri Naimanggale akan kukembalikan kepada keadaan semula. Raja Panggana dan Baoa Partigatiga berpendapat lebih baiklah Putri Naimanggale kembali kepada keadaan semula jika tidak menjadi miliknya.
Demikianlah pertengkaran mereka bertiga semakin tidak ada keputusan. Karena sudah kecapekan, mereka mulai sadar dan mempergunakan pikiran satu sama lain. Pada saat yang demikian Datu Partawar menyodorkan satu usul agar masalah ini diselesaikan dengan hati tenang didalam musyawarah. Raja Panggana dan Baoa Partigatiga mulai mendengar kata-kata Datu Partawar. Datu Partawar berkata : marilah kita menyelesaikan masalah ini dengan hati tenang didalam musyawarah dan musyawarah ini kita pergunakan untuk mendapatkan kata sepakat. Apabila kita saling menuntut akan Putri Naimanggale sebagai miliknya saja, kerugianlah akibatnya karena kita saling berkelahi dan Putri Naimanggale akan kembali kepada keadaannya semula yaitu patung yang diberikan hiasan. Adakah kita didalam tuntutan kita, memikirkan kepentingan Putri Naimanggale? Kita harus sadar, kita boleh menuntut tetapi jangan menghilangkan harga diri dan pribadi Putri Naimanggale.
Tuntutan kita harus kita dasarkan demi kepetingan Putri Naimanggale bukan demi kepentingan kita. Putri Naimanggale saat sekarang ini bukan patung lagi tetapi sudah menjadi manusia yang bernyawa yang dituntut masing-masing kita bertiga. Tuntutan kita bertiga memang pantas, tetapi marilah masing-masing tuntutan kita itu kita samakan demi kepentingan Putri Naimanggale.
Raja Panggana dan Baoa Partigatiga mengangguk-angguk tanda setuju dan bertanya apakah keputusan kita Datu Partawar ? Datu Partawar menjawab, Putri Naimanggale adalah milik kita bersama. Mana mungkin, bagaimana kita membaginya. Maksud saya bukan demikian, bukan untuk dibagi sahut Datu Partawar. Demi kepentingan Putri Naimanggale marilah kita tanyakan pendiriannya. Mereka bertiga menanyakan pendirian Putri Naimanggale.
Dengan mata berkaca-kaca karena air mata, air mata keharuan dan kegembiraan Putri Naimanggale berkata : “Saya sangat gembira hari ini, karena kalian bertiga telah bersama-sama menanyakan pendirian saya. Saya sangat menghormati dan menyayangi kalian bertiga, hormat dan kasih sayang yang sama, tiada lebih tiada kurang demi kebaikan kita bersama. Saya menjadi tiada arti apabila kalian cekcok dan saya akan sangat berharga apabila kalian damai. Mendengar kata-kata Putri Naimanggale itu mereka bertiga tersentak dari lamunan keakuannya masing-masing, dan memandang satu sama lain. Datu Partawar berdiri lalu berkata : Demi kepentingan Putri Naimanggale dan kita bertiga kita tetapkan keputusan kita :
a. Karena Raja Panggana yang memahat sebatang kayu menjadi patung, maka pantaslah ia menjadi Ayah dari Putri Naimanggale. SUHUT
b. Karena Baoa Partigatiga yang memberi pakaian dan hiasan kepada patung, maka pantaslah ia menjadi Amangboru dari Putri Naimanggale. BORU
c. Karena Datu Partawar yang memberikan nyawa dan berkat kepada patung, maka pantaslah ia menjadi Tulang dari Putri Naimanggale. HULA-HULA
Mereka bertiga setuju akan keputusan itu dan sejak itu mereka membuat perjanjian, padan atau perjanjian mereka disepakati dengan :
Pertama, bahwa demi kepentingan Putri Naimanggale Raja Panggana, Baoa Partigatiga dan Datu Partawar akan menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi dan mungkin terjadi dengan jalan musyawarah.
Kedua, bahwa demi kepentingan Putri Naimanggale dan turunannya kelak, Putri Naimanggale dan turunannya harus mematuhi setiap keputusan dari Raja Panggana, Baoa Partigatiga dan Datu Partawar.
Demikian legenda PUTRI NAI MANGGALE yang menggambarkan (turi-turian) asal muasal DALIHAN NA TOLU didalam kekerabatan Batak. Dari cerita tersebut, bahwa hakikat DNT adalah musyawarah untuk menyelesaikan masalah demi kebaikan orang yang dikasihi dalam hal ini PUTRI NAI MANGGALE. 
 
 
Sumber : http://johanpardz27.blogspot.com/2013/11/asal-usul-dalihan-legenda-putri-nai.html

Simardan

Berbagai kisah dan cerita tentang legenda anak durhaka. Di antaranya, Malin Kundang di Sumatera Barat yang disumpah menjadi batu, Sampuraga di Mandailing Natal Sumatera Utara yang konon katanya, berubah menjadi sebuah sumur berisi air panas. Di Kota Tanjungbalai, akibat durhaka terhadap ibunya, seorang pemuda dikutuk menjadi sebuah daratan yang dikelilingi perairan, yakni Pulau Simardan. Berbagai cerita masyarakat Kota Tanjungbalai, Simardan adalah anak wanita miskin dan yatim. Pada suatu hari, dia pergi merantau ke negeri seberang, guna mencari peruntungan. Setelah beberapa tahun merantau dan tidak diketahui kabarnya, suatu hari ibunya yang tua renta, mendengar kabar dari masyarakat tentang berlabuhnya sebuah kapal layar dari Malaysia. Menurut keterangan masyarakat kepadanya, pemilik kapal itu bernama Simardan yang tidak lain adalah anaknya yang bertahun-tahun tidak bertemu. Bahagia anaknya telah kembali, ibu Simardan lalu pergi ke pelabuhan. 
Di pelabuhan, wanita tua itu menemukan Simardan berjalan bersama wanita cantik dan kaya raya. Dia lalu memeluk erat tubuh anaknya Simardan, dan mengatakan, Simardan adalah anaknya. Tidak diduga, pelukan kasih dan sayang seorang ibu, ditepis Simardan. Bahkan, tanpa belas kasihan Simardan menolak tubuh ibunya hingga terjatuh. Walaupun istrinya meminta Simardan untuk mengakui wanita tua itu sebagai ibunya, namun pendiriannya tetap tidak berubah. Selain itu, Simardan juga mengusir ibunya dan mengatakannya sebagai pengemis. Berasal Dari Tapanuli Sebelum terjadinya peristiwa tersebut, Pulau Simardan masih sebuah perairan tempat kapal berlabuh. Lokasi berlabuhnya kapal tersebut, di Jalan Sentosa Kelurahan Pulau Simardan Lingkungan IV Kota Tanjungbalai, kata tokoh masyarakat di P. Simardan, H.Daem, 80, warga Jalan Mesjid P. Simardan Kota Tanjungbalai. Tanjungbalai, terletak di 20,58 LU (Lintang Utara) dan 0,3 meter dari permukaan laut. Sedangkan luasnya sekitar 6.052,90 ha dengan jumlah penduduk kurang lebih 144.979 jiwa (sensus 2003-red). 
Walaupun peristiwa tersebut terjadi di daerah Tanjungbalai, Daem mengatakan, Simardan sebenarnya berasal dari hulu Tanjungbalai atau sekitar daerah Tapanuli. Hal itu juga dikatakan tokoh masyarakat lainnya, Abdul Hamid Marpaung, 75, warga Jalan Binjai Semula Jadi Kota Tanjungbalai. “Daerah asal Simardan bukan Tanjungbalai, melainkan di hulu Tanjungbalai, yaitu daerah Porsea Tapanuli,” jelasnya. Menjual Harta Karun Dari berbagai cerita atau kisah tentang legenda anak durhaka, biasanya anak pergi merantau untuk mencari pekerjaan, dengan tujuan merubah nasib keluarga. Berbeda dengan Simardan, dia merantau ke Malaysia untuk menjual harta karun yang ditemukannya di sekitar rumahnya, kata Marpaung. “Simardan bermimpi lokasi harta karun. Esoknya, dia pergi ke tempat yang tergambar dalam mimpinya, dan memukan berbagai macam perhiasan yang banyak,” tutur Marpaung. Kemudian, Simardan berencana menjual harta karun yang ditemukannya itu, dan Tanjungbalai merupakan daerah yang ditujunya. Karena, jelas Marpaung, berdiri kerajaan besar dan kaya di Tanjungbalai. Tapi setibanya di Tanjungbalai, tidak satupun kerajaan yang mampu membayar harta karun temuan Simardan, sehingga dia terpaksa pergi ke Malaysia. “Salah satu kerajaan di Pulau Penang Malaysialah yang membeli harta karun tersebut. Bahkan, Simardan juga mempersunting putri kerajaan itu,” ungkapnya. Berbeda dengan keterangan Marpaung, menurut H.Daem, tujuan Simardan pergi merantau ke Malaysia untuk mencari pekerjaan. Setelah beberapa tahun di Malaysia, Simardan akhirnya berhasil menjadi orang kaya dan mempersunting putri bangsawan sebagai isterinya. Malu Setelah berpuluh tahun merantau, Simardan akhirnya kembali ke Tanjungbalai bersama isterinya. Kedatangannya ke Tanjungbalai, menurut Daem, untuk berdagang sekaligus mencari bahan-bahan kebutuhan. Kalau menurut Marpaung, Simardan datang ke Tanjungbalai dilandasi karena tidak memiliki keturunan. Jadi atas saran orang tua di Malaysia, pasangan suami isteri itu pergi ke Tanjungbalai. Lebih lanjut dikatakan Marpaung, berita kedatangan Simardan di Tanjungbalai disampaikan masyarakat kepada ibunya. Gembira anak semata wayangnya kembali ke tanah air, sang ibu lalu mempersiapkan berbagai hidangan, berupa makanan khas keyakinan mereka yang belum mengenal agama. “Hidangan yang disiapkan ibunya adalah makanan yang diharamkan dalam agama Islam,” tutur Marpaung. 
Dengan sukacita, ibu Simardan kemudian berangkat menuju Tanjungbalai bersama beberapa kerabat dekatnya. Sesampainya di Tanjungbalai, ternyata sikap dan perlakuan Simardan tidak seperti yang dibayangkannya. Simardan membantah bahwa orang tua tersebut adalah wanita yang telah melahirkannya. Hal itu dilakukan Simardan, jelas Marpaung, karena dia malu kepada isterinya ketika diketahui ibunya belum mengenal agama. “Makanan yang dibawa ibunya adalah bukti bahwa keyakinan mereka berbeda.” Sementara menurut H. Daem, perlakuan kasar Simardan karena malu melihat ibunya yang miskin. “Karena miskin, ibunya memakai pakaian compang-comping. Akibatnya, Simardan tidak mengakui sebagai orangtuanya.” Kera Putih dan Tali Kapal Setelah diperlakukan kasar oleh Simardan, wanita tua itu lalu berdoa sembari memegang payudaranya. “Kalau dia adalah anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu,” begitulah kira-kira yang diucapkan ibu Simardan. Usai berdoa, turun angin kencang disertai ombak yang mengarah ke kapal layar, sehingga kapal tersebut hancur berantakan. Sedangkan tubuh Simardan, menurut cerita Marpaung dan Daem, tenggelam dan berubah menjadi sebuah pulau bernama Simardan. Para pelayan dan isterinya berubah menjadi kera putih, kata Daem dan Marpaung. Hal ini disebabkan para pelayan dan isterinya tidak ada kaitan dengan sikap durhaka Simardan kepada ibunya. Mereka diberikan tempat hidup di hutan Pulau Simardan. “Sekitar empat puluh tahun lalu, masih ditemukan kera putih yang diduga jelmaan para pelayan dan isteri Simardan,” jelas Marpaung. Namun, akibat bertambahnya populasi manusia di Tanjungbalai khususnya di Pulau Simardan, kera putih itu tidak pernah terlihat lagi. Di samping itu, sekitar tahun lima puluhan masyarakat menemukan tali kapal berukuran besar di daerah Jalan Utama Pulau Simardan. Penemuan terjadi, ketika masyarakat menggali perigi (sumur). Selain tali kapal ditemukan juga rantai dan jangkar, yang diduga berasal dari kapal Simardan, kata Marpaung. “Benar tidaknya legenda Simardan, tergantung persepsi kita. Tapi dengan ditemukannya tali, rantai dan jangkar kapal membuktikan bahwa dulu Pulau Simardan adalah perairan.”

Kesetiaan pejuang Batak terhadap Sisingamangaraja XII

Ompu Halto sang Pejuang Pagi itu udara sangat cerah. Angin berhembus dengan perlahan. Dan sinar mentari menyinari langkah pasukan Marsose pimpinan Kapt. Christoffel yang tiba di Sibongkare. Pasukan ini sedang mengejar Raja Sisingamangaraja, beserta pasukannya. Seluruh rakyat dikumpulkan di suatu tempat. Mereka dinterogasi satu persatu tentang keberadaan Raja Sisingamangaraja. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang disiksa karena tidak mau menunjukkannya. Melihat situasi ini, Ompu Halto datang menemui sang kapten dan mengatakan bahwa ia adalah penguasa daerah ini. Sang kapten sangat merasa beruntung, karena salah satu dari musuh mereka telah datang menyerahkan diri. · “Didia Sisingamangaraja?” tanya salah seorang pembantu Kapt. Christoffel yang ternyata berasal dari orang Batak sendiri kepada Ompu Halto. · “Di Bakkara,” jawab Ompu Halto dengan tenang. · “Didia Sisingamangaraja?” tanya orang itu dengan suara lebih keras. · “Sambor nipim parjehe!” jawab Ompu Halto. Pembantu Belanda itu memberi isyarat agar Ompu Halto disiksa. Maka, dengan bengis dan tanpa ampun Ompu Halto dipopor, ditendang dan dipukul dengan rotan mallo sebesar ibu jari kaki. Namun ia tetap tegar seakan-akan tidak merasakan sedikitpun siksaan tersebut. Memang, Ompu Halto memiliki berbagai ilmu kesaktian. Ia pernah belajar ilmu hadatuon di Barus. Nama Ompu Halto adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat kepadanya sekalipun waktu itu ia belum beristri dan beranak-cucu. Gelar ini disandangnya, karena ia memiliki ilmu yang dapat membuat badan orang yang memusuhinya menjadi gatal-gatal. Rasa gatal itu bukan merupakan gadam, karena kalau gadam badannya akan luka-luka, meleleh dan mengakibatkan kematian. Yang dapat mengobati rasa gatal itu adalah Ompu Halto sendiri dengan cara meludahinya. · “Didia Sisingamangaraja?” tanya orang itu kembali dengan nada tidak sabar. · “Ndang di ida matangku, alai di ida mata ni rohangku,”[6] begitu jawaban yang selalu diucapkan Ompu Halto setiap ditanya tentang keberadaan Raja Sisingamangaraja. Ia tidak mau berbohong, sebab ia tahu benar, di mana Raja Sisingamangaraja berada. Maka siksaan pun semakin kuat dan berjalan sepanjang hari, hingga satu popor senjata remuk tidak membawa hasil. Ketika itu, Raja Sisingamangaraja telah dievakuasi ke Simatabo. Setelah sebelumnya berada di Sibongkare selama empat kali bulan tula. Di Sibongkare, Ompu Halto memilih tempat yang sangat terlindung bagi pasukan Raja Sisingamangaraja yaitu Lobu Sierge. Tempat ini adalah kawasan kebun buah-buahan dengan pohon durian besar-besar dan ambasang, sehingga aktivitas di lingkungan ini tidak menarik perhatian pasukan Belanda. Menurut nasehat Ompu Halto, di Lobu Sierge tidak boleh ada api, karena asap yang membumbung tinggi akan kelihatan dari jarak jauh. Seluruh makanan di masak di luar. Karena Raja Sisingamangaraja dan seluruh garis keturunannya berpantang makan daging babi, maka ia dan seluruh marga Sinambela garis keturunannya menggantinya dengan makan ikan. Ikan di Sibongkare sangat gampang dicari, karena Aek Sisira dan Aek Ardoman merupakan gudang ikan sungai yang melimpah saat itu. Umumnya adalah ikan boyom yang dibungkus dengan daun sungkit lalu dimasukkan ke dalam bara api. Ikan ini bisa tahan dua atau tiga minggu asal benar-benar memasaknya. Tidak perlu piring atau tempat makanan lainnya, sebab bulung langge dan bulung motung di sekitar tempat ini cukup banyak. Setiap pagi, Ompu Halto dan Raja Sisingamangaraja berunding sambil mardemban. Ia sudah lama menjadi penasehat spiritual dan datu bolon bagi Raja Sisingamangaraja. · “Kekuatan Belanda tidak dapat kita imbangi, Ompu!” · “Ya, benar. Namun perjuangan ini harus dilanjutkan sampai titik darah penghabisan! Aku sangat tidak rela kalau tanah para leluhur kita ini diinjak-injak oleh orang-orang asing yang bermuat semena-mena.” Ompu Halto ingat ketika ia sebagai Rajaihutan memaklumkan perang dengan Belanda kepada rakyat Kalasan Hulu. Ia begitu gigih mengobarkan semangat berjuang kepada rakyatnya. Dan dalam waktu yang sama, Raja Sisingamangaraja telah memaklumkan perang terhadap Belanda, karena ia sangat murka dengan maklumat Belanda tahun 1876 yang menyatakan bahwa seluruh tanah Batak menjadi tanah jajahannya, dan meminta seluruh raja-raja Batak dan rakyatnya untuk meletakkan senjata. Maka rakyat pun bahu-membahu melakukan perlawanan. Seluruh laki-laki dimobilisasi untuk menjadi pasukan siap perang. Waktu itu, Belanda sedang melancarkan serangan dari Barus ke Kalasan Hulu. Ompu Halto yang telah berpengalaman melintas ke Barus tahu benar bahwa jalan dari Barus ke Kalasan Hulu hanya dan harus melewati Gunung Sigurung-gurung. Dan jalan tersebut hanya sebuah jalan setapak dengan kemiringan gunung 75o. Ia dan pasukannya mencegat di puncak gunung itu. · “Kumpulkan batu sebanyak-banyaknya!” katanya kepada pasukannya. · “Untuk apa Ompu?” tanya salah satu pasukannya. · “Saat pasukan Belanda itu naik, maka kita akan menimpuki mereka dengan batu-batu besar itu.” Benar. Ketika serdadu penjajah itu mencoba mendaki gunung Sigurung-gurung, maka dengan membabi buta dan tanpa kenal ampun, pasukan Ompu Halto menimpuki mereka dengan batu-batu besar. Banyak diantara mereka yang mati dan tidak sedikit yang terjun langsung ke jurang yang dalam. Ketika Sisingamangaraja dan pasukannya akan dievakuasi ke Simatabo, Raja Buntal dan Raja Barita, kedua putra Sisingamangaraja yang masih kecil tidak ikut rombongan dan tinggal di Sibongkare di bawah perlindungan Ompu Halto. Maka, saat Ompu Halto mendapat siksaan dari pasukan Marsose di hari pertama mereka melihatnya. Pada malam harinya, mereka dilarikan ke Tombak Pak-Pak Babo hutan premier di hulu Aek Ardoman agar jauh dari jangkauan musuh. Sementara itu, Kapt. Christoffel memerintahkan untuk tidak membunuh Ompu Halto, namun penyiksaan harus terus dilanjutkan sampai ada pengakuan di mana lokasi Sisingamangaraja berada. Di hari kedua, ia disiksa oleh algojo dari Ambon. Karena tetap tidak mau mengaku juga, siksaan dilanjutkan pada hari ketiga dan keempat. Penyiksaan pada hari keempat ini lebih kejam dan sadis. Karena alat-alat penyiksaan sudah habis, maka Ompu Halto diseret di tengah halaman. Dua buah andalu ditancapkan. Kedua tangannya direntangkan dan diikat di andalu. Dan penyiksaan tiada tara itu pun berlangsung. Seluruh rakyat, tua-muda dan anak-anak menyaksikan penyiksaan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, termasuk juga kedua istri Ompu Halto. Sedangkan pasukan Marsose mengadakan penyisiran ke seluruh pelosok Sibongkare, Lobu Sierge dan kemudian ke Lobu Toruan. Namun mereka tidak mendapat satu bukti pun yang dapat menyeret Ompu Halto. Akhirnya menjelang sundut mataniari sebuah andalu dicabut dan ………. andalu dipukulkan ke punggung Ompu Halto dengan kekuatan penuh, hingga ia terhuyung-huyung dan ambruk tergeletak di tanah dalam keadaan pingsan seperti tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan. Raga Ompu Halto kemudian dibuang ke jurang yang tidak terlalu dalam, jurang parlambuhan tak jauh dari tempat penyiksaan. Seluruh rakyat meratapi kepergiannya dengan tangis dan kesedihan yang tak terkira, terlebih kedua istrinya yang merasa sangat kehilangan. Mereka mengutuk atas penyiksaan sadis itu, sebuah kebiadaban yang belum pernah terbayang sebelumnya. Yang lebih memilukan lagi, tidak seorang pun diizinkan untuk menjenguk ataupun merawat korban. Pukulan andalu itulah yang menyebabkan kesaktian Ompu Halto sirna. Ia mempunyai kesaktian yaitu badannya kebal terhadap berbagai senjata tajam, seperti pisau, golok, tombak atau alat-alat pemukul lainnya jika benda-benda tersebut bersih (tidak terkena tanah). Keampuhan alat-alat pembunuh itu hanya bertahan sebelum matahari terbenam, sebab alat-alat itu mendapat kekuatan dari sinar matahari. Tak terasa sore telah digantikan dengan malam. Para penduduk yang menyaksikan penyiksaan itu segera bubar dan kembali ke rumah masing-masing dengan membawa segala kesedihan sekaligus kebencian yang luar biasa atas perlakuan kejam para penjajah. Sementara itu, jauh di bawah jurang sana tubuh Ompu Halto masih terbujur kaku di antara tetumbuhan talas dan suhat. Menjelang tengah malam, antara sadar dan tidak sadar, ia merasa ada seseorang yang datang membantunya, punggungnya yang sudah patah terkena pukulan alu diurut dengan baik sehingga ada sedikit kekuatan baginya. Dan ketika Subuh menjelang, ia merasakan ada ombun na manorok yang menimpa mukanya dan ia pun meminumnya. Tetesan-tetesan embun dari daun talas inilah yang memberikan kekuatan baginya. Di hari kelima, Kapt. Christoffel memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa keadaan sang korban. Utusan tersebut memastikan bahwa Ompu Halto sudah mati. Hari itu juga Kapt. Christoffel dan pasukannya bergegas meninggalkan huta Sibongkare. Dengan demikian, rakyat mempunyai kesempatan untuk menyelematkan Ompu Halto. Rakyat sempat terkejut, ternyata di sekitar korban tergeletak mereka menemukan jejak-jejak harimau yaitu babiat sitelpang. Akhirnya jiwa Ompu Halto dapat diselamatkan, namun postur tubuhnya tidak tegap seperti semula, tetapi membungkuk karena tulang punggungnya telah patah. Jejak-jejak harimau itulah yang sebenarnya merupakan guru Ompu Halto yang telah menjilati punggungnya agar terhindar dari kerusakan yang parah. Sedangkan di tempat lain, pasukan Marsose melanjutkan ekspedisi mengikuti arus sungai Sisira Rambe, terus ke hilir menyusuri daerah Lae Toras, Tarabintang, Gaman, Onggol, Pinim, Buluampa, Napahorsik terus ke Parlilitan. Andaikata mereka belok ke arah kanan, mereka akan tiba di Simatabo. Sementara itu, setelah dua bulan rombongan Sisingamangaraja berada di Simatabo, mereka menuju ke Pusuk melewati gunung Tindian Laut dengan kemiringan 75o. Di gunung terjal ini kadang-kadang mereka menjumpai ikan lele yang bermigrasi dari bawah ke atas melalui akar-akar kayu dan lumut yang basah, sampai di puncak gunung tinggal 300 m ke bawah sudah ada mata air. Menurut kepercayaan mereka, ikan lele ini tidak boleh diganggu. Dari Pusuk, rombongan dievakuasi melalui desa Siringo-ringo, Kual-kuali, terus ke Sionomhudon tepatnya di Bungus Pearaja. Waktu itu, pasukan Marsose tiba di Sionomhudon dan mengobrak-abrik semua desa serta menyiksa rakyat. Mereka mengalami kesulitan, karena rakyat tidak mengetahui bahasa Batak Toba, rakyat desa ini berbahasa Dairi, sehingga semua interogasi yang dilakukan pasukan Marsose tidak dapat dijawab oleh rakyat setempat. Kemudian ekspedisi diintensifkan ke seluruh pelosok dan seorang rakyat biasa tertangkap dan disiksa. Karena tidak tahan atas siksaan itu, ia terpaksa mengeluarkan kata-kata Lae Simonggo. Sehingga pada 13 Mei 1907 jejak Raja Sisingamangaraja yang berada di sekitar Lae Simonggo mulai terungkap. Menurut rencana semula, rombongan Raja Sisingamangaraja akan meneruskan perjalanan ke Tele terus ke Harian Boho. Namun, perjalanan tidak dapat dilanjutkan karena hutan rimba yang harus dilalui adalah rawa-rawa setinggi pinggang orang dewasa. Hal ini sangat menyulitkan perjalanan, apalagi persediaan makanan semakin menipis. Ditambah lagi, di sepanjang hutan tidak ditemukan mata air yang dapat diminum. Akhirnya pasukan tetap bertahan di Lae Sibulbulon. Ada sungai kecil di hulu Lae Simonggo yaitu Lae Sibulbulon dan di hilir Lae Simonggo bersatu dengan Simpang Kiri yang bermuara di Singkil Aceh. di sungai Sibulbulon inilah akhirnya perang berkecamuk. Pada perang ini Putri Lopian, putri raja Sisingamangaraja tewas tertembak. Melihat kejadian ini, Raja Sisingamangaraja lari merangkul putrinya. Ternyata darah Putri Lopian melumuri badan Raja Sisingamangaraja. Padahal ia berpantang kena darah untuk memlihara kesaktiannya. Dengan demikian kesaktian Raja Sisingamangaraja pudar dan dapat ditembak oleh Belanda. Dengan gugurnya Raja Sisingamangaraja pada tahun 1907, maka perang dengan Belanda berakhir. Banyak yang gugur dalam peperangan di Sibulbulon, termasuk Patuan Anggi dan Patuan Nagari yang keduanya adalah putra Raja Sisingamangaraja. Juga para prajurit, hulubalang dan panglima, termasuk panglima-panglima Aceh. Perang Aceh dan dan perang Batak bersamaan waktunya, hubungan Aceh dan Batak sangat harmonis sehingga Sultan Aceh mengirimkan beberapa panglima perangnya untuk diperbantukan dalam perang Batak. Jenazah Raja Sisingamangaraja dan kedua putranya dibawa ke Tarutung dan dimakamkan secara rahasia di Kompleks Tangsi Serdadu Belanda. Sedangkan jasad Putri Lopian yang masih bernapas dibuang ke jurang, namun kemudian jenazahnya diambil dari jurang dan dihanyutkan ke Lae Simonggo yang bermuara di Singkil. Walaupun perang Batak telah berakhir dengan wafatnya Raja Sisingamangaraja, namun di beberapa tempat di Kalasan Hulu perlawaran terus berlangsung secara sporadis. Pemberontakan-pemberontakan ini membuat desa-desa tidak aman, pembangunan terhalang dan rakyat tidak dapat mengerjakan sawah-ladangnya yang mengakibatkan kehidupan terpuruk. Ompu Halto sadar bahwa kekuatan Belanda tidak dapat ditandingi. Ia menganjurkan kepada seluruh rakyat Kalasan Hulu untuk menghentikan perlawanan.


"Diambil dari berbagai sumber"

Penyebab Perselisihan Marga Simanjuntak Horbo Jolo dengan Simanjuntak Horbo Pudi

Raja Marsundung Simanjuntak adalah salah satu cucu dari Sibagot Ni Pohan, Sibagot Ni Pohan ini mempunyai empat orang anak: 1. Tuan Sihubil. 2. Tuan Somanimbil. 3. Tuan Dibangarna. 4. Raja Sonakmalela. Tuan Somanimbil mempunyai tiga orang anak, yaitu: 1. Somba Debata (Siahaan). 2. Raja Marsundung (Simanjuntak). 3. Tuan Maruji (Hutagaol). Raja Marsundung mempunyai istri pertama yang bernama Taripar Laut boru Hasibuan. Dari isteri pertama ini Raja Marsundung mendapatkan satu orang anak yaitu Raja Parsuratan. Beberapa tahun setelah Taripar Laut boru Hasibuan meninggal, Raja Marsundung mengambil isteri dari negeri Sihotang (dekat Pangururan Samosir) yang bernama Sobosihon boru Sihotang. Dengan demikian sejak itu Si Raja Parsuratan memiliki ibu tiri (panoroni). Dari isteri yang kedua ini lahirlah Raja Mardaup, Raja Sitombuk, Raja Hutabulu dan dua orang anak perempuan. Salah satu dari dua anak perempuan Raja Marsundung kemudian kawin dengan marga Sirait. Rupanya hubungan antara Raja Parsuratan dan ibu tirinya Sobosihon boru Sihotang kurang harmonis. Hal ini dapat dimaklumi karena di orang Batak, antara anak tiri dengan ibu tirinya sering tidak ada kecocokan/kerukunan, juga karena si Bapak selalu lebih memihak kepada isteri keduanya. Karena kondisi yang tidak menyenangkan ini, Raja Parsuratan meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke kampung Tulangnya di Sigaol, desa Marga Hasibuan. Menurut cerita orang-orang tua, Raja Parsuratan cukup lama tinggal di Sigaol, bahkan sampai-sampai orang di sana mengira dia bermarga Hasibuan. Kemudian Raja Parsuratan mengawini boru tulangnya yakni Boru Hasibuan. Beberapa lama kemudian Raja Parsuratan mendengar berita bahwa bapaknya, Raja Marsundung telah meninggal dunia. Raja Parsuratan kemudian kembali pulang ke kampung halamannya di Parsuratan, Paindoan Balige. Di Balige inilah kemudian Raja Parsuratan menetap dan hidup berdekatan dengan ibu tirinya, Sobosihon boru Sihotang dan anak-anaknya yaitu Raja Mardaup, Raja Sitombuk dan Raja Hutabulu serta dua orang anak perempuan. Salah satu keturunan Raja Marsundung dari isterinya Sobosihon boru Sihotang, yaitu anak yang tertua (anak perempuan) sangat dekat dengan ibunya. Sebagai anak yang tertua, maka dialah yang selalu gigih membantu ibunya sementara adik-adiknya masih kecil-kecil. Karena Raja Parsuratan magodang (artinya besar) di kampung tulangnya, maka dia tidak memiliki hubungan yang dekat dengan bapaknya, sehingga setelah meninggal, tidak ada pesan dari Raja Marsundung kepada Raja Parsuratan terutama mengenai harta yang ditinggalkan. Raja Parsuratan menganggap bahwa harta yang berupa satu ekor kerbau merupakan anak dari kerbau-kerbau yang dipungka Raja Marsundung dengan Taripar Laut boru Hasibuan. Disinilah malapetaka itu berawal (bonsir ni parbadaan i), yang disebabkan hanya karena memperebutkan seekor kerbau saja. Tidak ada bukti maupun petunjuk (keterangan), yang dapat menjelaskan bahwa persengketaan disebabkan oleh harta¬ harta yang lain seperti sawah atau benda tidak bergerak lainnya. Sekali lagi sumber perselisihan hanya karena seekor kerbau. Selanjutnya karena kedua belah pihak yaitu Raja Parsuratan di satu pihak dan Sobosihon boru Sihotang dan anak-anaknya di lain pihak, memiliki sawah masing-¬masing, kepemilikan kerbau menjadi sangat penting (untuk membajak sawah). Sulit bagi kedua belah pihak untuk memanfaatkan tenaga kerbau yang hanya seekor itu secara bergiliran. Sampai saat ini tidak jelas ceritanya apakah kerbau yang satu ekor itu secara de facto berada dalam penguasaan Raja Parsuratan atau dalam penguasaan Sobosihon boru Sihotang dan anak-anaknya. Akhirnya timbullah emosi (hona mara) Raja Parsuratan (konon kabarnya) yang berakibat meninggalnya putri sulung dari Sobosihon boru Sihotang. Tidak jelas kapan dan apa yang mengakibatkan putri sulung tersebut meninggal. Namun meninggalnya putri tercinta inilah yang menjadi sebab dari pertikaian/perselisihan antara Raja Parsuratan (yang kemudian dikenal dengan Parhorbo Jolo) dengan Raja Mardaup-Raja Sitombuk-Raja Hutabulu (yang kemudian dikenal dengan Parhorbo Pudi) yang berlangsung hingga saat ini. Perselisihan ini sebenamya sudah pernah dicoba untuk diselesaikan oleh saudara-saudara Raja Marsundung yaitu Siahaan dan Hutagaol, bahkan oleh keturunan Si Bagot Ni Pohan. Namun sampai saat ini belum terjadi penyelesaian. Menurut pendapat Penulis, peristiwa meninggalnya putri sulung itu sengaja didramatisir oleh orang-orang tertentu yang ingin membuat perpecahan di antara turunan Raja Marsundung Simanjuntak hingga dewasa ini. Bahkan cerita tersebut sudah meluas karena dengan sengaja, cerita mengenai kematian putri sulung tersebut disebarkan ke marga-marga lain yaitu kepada marga-marga yang mempunyai kaitan perkawinan dengan marga Simanjuntak, terutama pihak boru. Demikianlah salah satu contoh yang menunjukkan betapa tingginya kadar konflik pada orang Batak. Konflik yang disebabkan oleh faktor kultur yaitu konflik hubungan sosial (social conflict), ditambah lagi dengan ketidakcocokan diantara para pemimpin non-formal, diantara kedua belah pihak. Konflik diantara marga Simanjuntak semakin memanas setelah adanya perbedaan kepentingan pada masa Orde Lama, yaitu pada tahun 1963. Pada waktu itu dilakukan pembuatan tugu Sobosihon boru Sihotang di Balige yang tujuannya adalah untuk kepentingan golongan tertentu yang ingin mengumpulkan massa. Pihak ini menggalang solidaritas di antara turunan dari nenek moyang Sobosihon boru Sihotang yang jumlahnya cukup banyak. Marga Simanjuntak adalah salah satu marga terbesar dikalangan suku batak hingga terkenal istilah Simanjuntak na solot di ri (Simanjuntak Ri) yang artinya dimana ada rumput (ri), disitu ada Simanjuntak. Pendirian tugu ini dilaksanakan oleh tokoh-tokoh dari turunan Raja Mardaup, Raja Sitombuk, dan Raja Hutabulu di bawah pimpinan Alm. Drs. Parlagutan Simanjuntak, yang pada waktu itu menjabat sebagai Bupati Tapanuli Utara. Pendirian tunggu ini tidak mengikutsertakan atau mengundang turunan Raja Parsuratan. Tidak lama sesudah peresmian tugu, terjadi pemilihan Bupati Kepala daerah Tk II Tapanuli Utara dan pada saat itu Drs. Parlagutan Simanjuntak yang juga menjadi calon bupati secara tiba-tiba meninggal dunia. Oleh karena Drs. Parlagutan Parlagutan Simanjuntak meninggal dunia maka calon Bupati lainnya yaitu Kolonel Sinaga terpilih menjadi Bupati. Setelah tugu Sobo Sihon boru Sihotang didirikan, maka sejak itulah terbentuk perkumpulan Simanjuntak Sitolu Sada Ina. Pada tahun 1968 telah dibentuk pula perkumpulan persatuan Raja Marsundung Simanjuntak yang anggotanya terdiri dari turunan dari Raja Marsundung Simanjuntak yang lengkap, yaitu Parsuratan, Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu. Perkumpulan persatuan Raja Marsundung Simanjuntak merupakan suatu perkumpulan yang menyatukan seluruh keturunan dari Raja Marsundung Simanjuntak baik keturunan dari istri pertamanya, Taripar Laut boru Hasibuan, maupun dari istri keduanya, Sobosihon boru Sihotang. Banyak lagi perselisihan-perselisihan di antara orang Batak yang membuat pergaulan sehari-hari menjadi tidak harmonis, antara lain marga Silalahi dengan marga Sihaloho, marga Panggabean dengan Marga Hutabarat, juga perselisihan di antara turunan Si Raja Lontung. Tetapi perselisihan tersebut tidak separah perselisihan diantara keturunan Raja Marsundung Simanjuntak. Sebenarnya, jika teliti lebih jauh, semua masalah yang menjadi penyebab timbulnya konflik tersebut relative sepele (tidaklah prinsipil), namun akibatnya jelas terasa di dalam upacara-upacara adat Batak. Persoalan marga-marga ini sepertinya susah/sulit diselesaikan. Kurang harmonisnya pergaulan di kalangan orang Batak dapat mengakibatkan tidak optimalnya Dalihan Na Tolu. Oleh karena itu, pada jaman reformasi dan era globalisasi ini, perlu disosialisasikan paradigma baru Dalihan Na Tolu dengan melaksanakan prinsip sinergi dan prinsip win-win solution untuk mengefektifkan Dalihan Na Tolu membawa orang Batak menuju kesatuan dan persatuan. Untuk menyelesaikan konflik/perselisihan perlu diaktifkan peranan Dalihan Na Tolu seperti misalnya musyawarah mufakat, runggun partukkoan (dialog, kompromi, rekonsiliasi) atau membuat Padan atau Janji, dengan berpegang pada prinsip win-win solution. Peranan Gereja juga penting untuk memfasilitasi usaha rekonsiliasi diantara marga-marga yang masih ada perselisihan diantara sesamanya. 
Sumber : http://johanpardz27.blogspot.com/

AMPAPAGA atau Daun Kaki Kuda dikenal dengan sebutan Pegagan

 

 
AMPAPAGA atau Daun Kaki Kuda dikenal dengan sebutan Pegagan: Tumbuhan ini di Indonesia mempunyai bermacam macam nama sesuai dengan daerah daerah. Di Jawa dikenal dengan calingan rambat, di Sunda : antanan rambat, di Makasar : pegaga, dan di Tapanuli : ampapaga.

Daun kaki kuda ini mengandung zat glikosida, triterpenoida, alkaloid hidrokotilin, steroid, tanin, minyak atsiri, dan garam garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi.

Daun kaki kuda ini juga dapat digunakan untuk mengobati bermacam macam penyakit, seperti penyakit kulit, sakit perut, radang usus, batuk, asma, bronkitis, peluruh air seni, obat kumur untuk sariawan, obat borok perut, luka luka kulit dan penyakit lepra. Hal ini diperkuat oleh Polonsky dan kawan kawannya dalam penelitian mereka. Mereka menemukan zat zat di dalam daun kaki kuda tersebut dapat menyembuhkan : Lepra, Anemia, Peradangan, Campak dan Asma. Ditemukan juga bahwa daun kaki kuda ini tergolong sedative (pereda, penenang) dan cardiotonic (penguat jantung) yang dapat juga memperbaiki daya ingat dan penenang orang yang kurang waras.

Daun kaki kuda ini dapat dilalap untuk penyakit, dapat direbus untuk sayuran dan dapat di ambil sarinya untuk terapi.
 
 

Khasiat Pegagan, dari penumpas TBC sampai peningkat daya ingat

Batal Mati Bosan Berkat Pegagan
Penulis : Dra. Lucie Widowati, M.Si.Apt; peneliti pada Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional, Jakarta.
Seorang teman bercerita, betapa frustrasinya ia menumpas tuberkulosis (TB) paru-paru. Digempur pakai obat-obatan medis, si penyakit tetap saja eksis. Ia juga panik, karena katanya, bakteri TB bisa kebal terhadap gempuran obat yang diracik apotik. Untunglah, saat nyaris frustrasi, ia “menemukan” pegagan dan kawan-kawan.
Menjalani “takdir” sebagai penderita TB paru-paru memang tak gampang. Jika tidak ulet, alih-alih sembuh, pasien bisa mati bosan. Maklum, proses penyembuhan TB, selain cukup sulit, juga makan waktu lama, berkisar 3 – 6 bulan. Itu pun dengan catatan, pasien berdisiplin minum obat dan rajin memeriksakan diri ke dokter.
Lamanya pengobatan itulah – apalagi jika disertai kendala biaya – yang kerap menyebabkan pasien frustrasi. Ya frustrasi minum obat, ya bosan menanggung derita. Padahal, disiplin minum obat menjadi faktor penentu dalam proses penyembuhan. Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan bakteri TB resisten terhadap beragam obat konvensional, termasuk obat kombinasi.
Dengan kata lain, pasien TB sebenarnya dilarang keras menoleransi kata bosan, apalagi sampai putus asa. Itu sebabnya, buat teman tadi, perjumpaan dengan pegagan dan kawan sejawatnya menjadi sangat berarti. Paling tidak, ia merasa tak “sendiri” lagi menghadapi tuberkulosis. Ketika banyak sanak saudara dan handai taulan menjauh lantaran takut tertular, pegagan dan kawan-kawan menjadi teman paling setia.
Yang paling penting, harga mereka murah dan tak membuat kantung cekak jika dikonsumsi dalam kurun waktu lama.
Mematikan dan bikin bosan
Tuberkulosis pertama kali diketahui keberadaannya tahun 1882 oleh ahli bakteri Jerman, Robert Koch. TB tergolong penyakit menahun nan mematikan.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (KRT, 1995), sebagai penyebab kematian secara umum, TB menduduki peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan infeksi saluran napas. Namun, khusus di kelas penyakit infeksi, ia ada di posisi nomor satu.
TB umumnya dipicu oleh perumahan yang kurang sehat, terutama di tempat yang memiliki tingkat hunian sangat padat. Bisa juga lantaran makanan yang disantap kurang bergizi, serta kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan. TB ditandai oleh hadirnya bakteri tahan asam bernama mikobakteria tuberkulosis yang memiliki sifat rada beda dari kuman lain pada paru-paru.
Sifat-sifat berbeda itu di antaranya cepat mati bila terkena sinar Matahari, cepat mati jika berada dalam air mendidih, dan akan mati setelah 24 jam terkena cairan karbol 5%. Namun sebaliknya, basil tuberkulosis dapat hidup berminggu-minggu dalam ludah, di tempat yang sejuk, dan berbulan-bulan di tempat yang gelap. Ia juga dapat dengan mudah menular lewat hidung atau mulut.
Penderita TB paru-paru, seperti yang terjadi pada teman tadi, merasa badannya lemah dan nafsu makan berkurang. Timbul batuk yang kadang disertai darah (awalnya cuma sedikit), muka pucat dan berat badan terus berkurang, serta suhu badan naik terutama pada petang dan malam hari. Selain itu, pada malam hari penderita sering mengeluarkan keringat, kadang suaranya berubah menjadi parau atau serak.
Dengan suara parau, teman tadi terus bercerita, termasuk pertemuannya dengan seorang kawan lain yang membawa pencerahan. Kata teman sang teman, mengandalkan obat-obat medis memang tidak salah, tapi melengkapinya dengan meminum air rebusan tumbuhan berkhasiat layak dicoba. “Kalau Tuhan mengizinkan, bisa sembuh lebih cepat,” jelasnya.
Sejak itu, asa teman tadi tumbuh kembali. Ia mencoba mencari tahu, beragam tanaman obat yang telah diteliti oleh berbagai institusi penelitian maupun perguruan tinggi di Indonesia. Ia mendapati, ternyata cukup banyak tanaman obat yang secara empiris telah dikenal masyarakat. Beberapa tumbuhan yang sempat tercatat, antara lain pegagan, singawalang, bunga tembelekan, dan bumbu tali.
Menghambat & menghancurkan
Pegagan atau nama kerennya Centella asiatica itu tumbuhan liar yang ada di dataran rendah, sampai sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.
Secara empiris, biasa digunakan sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang, mempercepat penyembuhan luka, dan diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mendukung manfaat empirisnya.
Misalnya, penelitian yang merujuk pegagan sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor, atau untuk meningkatkan daya ingat (susunan saraf pusat), eksem (luka terbuka), dan hepatitis. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa yang dimiliki pegagan, yaitu asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside, brahminoside, madastic acid, vitamin B1, B2, dan B6.
Penduduk asli India dan Malaysia konon suka menanam dan menyimpan pegagan dalam bentuk ready stock, agar siap digunakan sewaktu-waktu. Oleh warga dua bangsa itu pegagan lazim disimpan dalam bentuk kering untuk mengobati beragam penyakit. Terkadang mereka juga membuat jus daun segar, yang diminum untuk menghilangkan pusing ringan.
Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Laorpuksa A. dan kawan-kawan dalam penelitian pada 1988 membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert D. dan kawan-kawan dari Tuberculosis Research Center di India mencoba efek pegagan pada bakteri tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak langsung berefek pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih lanjut terhadap senyawa aktif asiaticoside.
Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa aktif pegagan itu ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan Bacillus leprae (Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter H. Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yang menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.
Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. dan kawan-kawan, yang menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus tuberkulosis selama 15 hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada marmut, terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator – peningkat daya tahan tubuh.
Secara empiris, pemanfaatan pegagan untuk membasmi tuberkulosis paru-paru dapat dilakukan dengan berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 – 60 g pegagan segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, dan diminum 3 kali sehari. Untuk TB kulit, lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian yang sakit. Kajian etnobotani di Bogor.
Masih ada sejawat pegagan yang bermanfaat serupa. Singawalang (Pertiveria alliacea), menurut R. Indra Pandu Gunawan, yang melakukan kajian etnobotani di salah satu kampung di Bogor, Jawa Barat, juga dapat digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Kesimpulan itu diambilnya setelah masyarakat di kampung yang diteliti itu sukses menggunakan singawalang untuk mengobati batuk darah akibat TB.
Weniger B. pada 1988 pun menyatakan, masyarakat Haiti, Republik Dominika, telah sejak lama memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati radang paru-paru. Singawalang sendiri merupakan tanaman berbentuk semak, tingginya bisa mencapai 1 m. Secara empiris, singawalang sering digunakan untuk peluruh kencing, peluruh dahak, peluruh keringat, dan pereda kekejangan.
Penelitian in vitro memang menunjukkan, singawalang mampu melawan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Namun, penelitian langsung pada bakteri tuberkulosis belum dilakukan. Dosis pemanfaatan singawalang: 5 lembar daun yang telah dicuci bersih ditumbuk sampai halus. Hasil tumbukan diseduh dengan air panas, dibubuhi garam dan gula merah secukupnya. Aduk sampai larut, saring dan minum setelah dingin. Frekuensi meminumnya dua kali sehari.
Masih ada lagi yang namanya bunga tembelekan (Lantana camara). Tumbuhan ini dapat hidup secara liar atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Perdu setinggi 0,5 – 4 m dan berbau ini secara empiris berkhasiat meredakan demam, penawar racun, penghilang nyeri, dan penghenti perdarahan. Ia tumbuh di dataran rendah sampai 1.700 m di atas permukaan laut.
Untuk melawan tuberkulosis paru-paru dengan batuk darah, digunakan bunga tembelekan kering sebanyak 6 – 10 g, direbus dalam 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa separuh. Setelah dingin, air rebusan itu disaring, dibagi untuk 3 kali minum (pagi hari, siang, dan sore) masing-masing setengah gelas.
Jangan lupakan juga tanaman bambu tali (Asparagus cochinchinensis). Tumbuhan asal Cina, Jepang, dan Korea itu tingginya dapat mencapai 1,5 m. Daunnya berwarna hijau, berbentuk helai panjang, runcing, dan halus. Bagian yang digunakan untuk obat adalah umbinya. Untuk mengatasi penyakit tuberkulosis yang disertai batuk darah, digunakan 6 – 12 g umbi kering bambu tali, direbus dalam 1,5 gelas air. Air rebusannya diminum dalam keadaan hangat dua kali sehari, sampai penyakit sembuh.
Obat “hati”
Kalau mau digali lagi, sebenarnya masih banyak tumbuhan – berdasarkan pengalaman empiris nenek moyang – dipercaya dapat digunakan untuk memerangi TB.
Salah satunya daun legundi (Vitex negundo L). Untuk menggunakannya, 3/5 genggam daunnya dicuci, lalu direbus dengan air bersih sebanyak 3 gelas makan, sampai air rebusannya tinggal 3/4 gelas saja. Sesudah dingin, disaring lalu diminum dengan madu seperlunya. Frekuensi minumnya 3 kali sehari.
Ada lagi serbuk biji pronojiwo (Euhrseta horfieldii Benn). Untuk pengobatan diperlukan 3/4 sendok teh serbuk biji pronojiwo, diseduh dengan air panas sebayak 1/2 cangkir dan madu 1 sendok makan. Dalam keadaan suam-suam kuku, ramuan diminum 3 kali sehari. Atau bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L). Ramuannya, 3 kuntum bunga kembang sepatu dicuci bersih, lalu digiling halus, diberi air masak 1/2 cangkir dan madu 1 sendok makan, kemudian diperas dan disaring. Ramuan diminum tiga kali sehari.
Bisa juga dicoba bidara upas (Merremia mammosa). Ambilah 1/3 jari bidara, dicuci bersih lalu diparut, diberi air masak 1 sendok makan dan madu 2 sendok teh, diperas dan disaring. Obat alami ini diminum tiga kali sehari.
Terakhir, daun gandapura (Gaultheria fragrantissima). Diperlukan 1 sendok makan serbuk kering daun gandapura. Bahan itu diseduh dengan air panas 3/4 cangkir dan madu 1 sendok makan. Seduhan diminum dalam keadaan suam-suam kuku. Frekuensinya 3 kali sehari.
Melihat begitu banyaknya alternatif, teman saya jelas makin girang. Kini ia tidak hanya lebih optimistis menyikapi hidup, tapi juga lebih telaten merawat tanaman-tanamannya, terutama tanaman pegagan dan kawan-kawan. Buat sang teman, mereka bukan hanya andalan baru untuk mengusir TB paru-paru, tapi juga mengisi sepi dan mengusir frustrasi.
Catatan :
Satu Tanaman Lain Sebutan Pegagan dikenal juga sebagai daun kaki kuda (Jakarta), antanan gede (Sunda), kori-kori (Halmahera), kolotidi menora (Ternate), gagan-gagan, gangagan, kerok batok, pantegowang, panigowang, rendeng (Jawa).
Nama lain bunga tembelekan adalah bunga pagar atau kayu Singapura. Di Sunda kerap disebut kembang satek, saliyara, tai ayam atau tai kotok. Sedangkan di Jawa kadang disebut oblo, puyengan, pecengan, atau waung.
Bambu tali atau bambu apus suka juga disebut awi tali (Sunda), deling apus, deling tangsul, jajang pring (Jawa) atau tiing tali, tiing tlantan (Bali). Tumbuhan lainnya, legundi, punya nama alias gendarasi (Palembang) atau langgundi (Minangkabau). Sedangkan bidara upas kerap disebut blanar (Jawa) atau hailale (Ambon).
Sumber :
Kompas Cyber Media
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=305#
 

PULTAK-PULTAK (Ceplukan atau Ciplukan)

Ceplukan atau ciplukan yang dalam bahasa latin disebut sebagai Physalis angulata merupakan salah satu tumbuhan herbal yang hidup semusim dan mempunyai tinggi sekitar 1 meter saja. Ceplukan atau ciplukan (Physalis angulata) yang mempunyai buah khas yang tertutup oleh pembesaran kelopak bunga ini kaya akan berbagai manfaat terutama sebagai tanaman herbal (obat-obatan).

Ceplukan atau ciplukan dikenal dengan berbagai nama daerah (lokal) seperti keceplokan, ciciplukan (Jawa), nyornyoran, yoryoran, (Madura), cecendet, cecendetan, cecenetan (Sunda), kopok-kopokan, kaceplokan, angket (Bali), leletep (sebagian Sumatra), leletokan (Minahasa), Kenampok, dedes (Sasak), lapunonat (Tanimbar, Seram), daun kopo-kopi, daun loto-loto, padang rase, dagameme, angket, dededes, daun boba, dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai cutleaf groundcherry, wild tomato, camapu, dan winter cherry. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) disebut sebagai Physalis angulata yang bersinonim dengan Physalis minima dan Physalis peruviana.

Diskripsi Ceplukan. Ceplukan merupakan tanaman semusim yang mempunyai tinggi sekitar 1 meter. Batang ciplukan berongga dan bersegi tajam.

Daun ceplukan berbentuk bulan telur dengan ujungnya yang meruncing. Tepi daun terkadang rata terkadang tidak dengan panjang daun antara 5-15 cm dan lebar 2-10 cm.

Bunga ceplukan (Physalis angulata) terdapat di ketiak daun, dengan tangkai tegak berwarna keunguan dan dengan ujung bunga yang mengangguk. Kelopak bunga berbagi lima, dengan taju yang bersudut tiga dan meruncing. Mahkota bunga menyerupai lonceng, berlekuk lima berwarna kuning muda dengan noda kuning tua dan kecoklatan di leher bagian dalam. Benang sari berwarna kuning pucat dengan kepala sari biru muda.
 
Buah ciplukan (Physalis angulata) terdapat dalam bungkus kelopak yang menggelembung berbentuk telur berujung meruncing berwarna hijau muda kekuningan, dengan rusuk keunguan, dengan panjang sekitar 2-4 cm. Buah buni di dalamnya berbentuk bulat memanjang berukuran antara 1,5-2 cm dengan warna kekuningan jika masak. Rasa buah ciplukan manis dan kaya manfaat sebagai herbal.

Pohon ceplukan diduga berasal dari daerah tropis Amerika dan tersebar ke berbagai kawasan di Amerika, Pasifik, Australia, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, ciplukan tumbuh secara alami di semak-semak dekat pemukiman hingga pinggiran hutan. Tumbuhan yang kaya manfaat sebagai obat-obatan (herbal) ini mampu hidup hingga ketinggian 1.600 meter dpl.

Kaya Khasiat dan Manfaat. Ciplukan banyak dimanfaatkan sebagai tanaman herbal (obat-obatan). Akar tumbuhan ciplukan dapat digunakan sebagai obat cacing dan penurun demam.


Buah ciplukan yang kaya manfaat

Daun Ciplukan (Physalis angulata) bermanfaat sebagai obat penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Sedangkan buah ciplukan sendiri sering dimakan langsung untuk mengobati epilepsi, sulit buang air kecil, dan penyakit kuning.

Pada pohon ceplukan mengandung senyawa-senyawa aktif yang antara lain saponin (pada tunas), flavonoid (daun dan tunas), polifenol, dan fisalin (buah), Withangulatin A (buah), asam palmitat dan stearat (biji), alkaloid (akar), Chlorogenik acid (batang dan daun), tannin (buah), kriptoxantin (buah), vitamin C dan gula (buah).

Ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan sitotoksik. Juga sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor

Melihat aneka manfaat pohon ciplukan yang sedemikian besar sungguh mengherankan hingga sekarang belum ada satupun yang berusaha membudidayakannya. Tanaman ceplukan masih dibiarkan tumbuh liar secara alami. Dan kemarin, saya iseng-iseng mencari sosok pohon ceplukan disekitar tempat tinggal saya untuk mengambil gambarnya, tetapi hasilnya nihil. Saya hanya bisa menemukan gambar pohon kaya manfaat ini melalui bantuan ‘Om Google’.

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Solanales; Famili: Solanaceae; Genus: Physalis; Spesies: Physalis angulata. Sinonim: P. minima, P. peruviana. Nama Indonesia: Ceplukan atau Ciplukan.

Pultak-pultak (Physalis bodinieri L.)

 
Pultak-pultak (Physalis bodinieri L.) secara umum diketahui dengan nama ciplukan dan banyak tumbuh disembarang tempat seperti di pekarangan rumah, di ladang, di tanah lembab sampai kering dan tidak tergenang air. Pohon pultak-pultak tumbuh tidak sampai setinggi 1 m dan bercabang-cabang berongga sehingga batangnya gampang terputus karena hanya sedikit memiliki serat kayu pada pangkal batang bagian bawah. Buahnya apabila sudah matang berwarna kekuningan mengkilat berbentuk bulat lebih kecil dari kelereng atau guli. Rasa buah yang matang manis segar, sementara yang belum matang terasa pahit. Buahnya berbiji banyak mirip tomat. Buahnya terbungkus dengan kulit buah yang mirip daun kulit ari dan apabila digepuk akan menimbulkan suara seperti meledak makanya orang Batak bilang pultak-pultak (pultak = pecah menimbulkan suara).
Kandungan kimia yang terdapat pada pultak-pultak adalah asam klorogenat (Chlorogenik acid C27H44O-H2O), asam sitrun, asam malat, fisalin, alkaloid, tanin, kriptoxantin, asam alaidik, gula, vitamin C. Pultak-pultak dapat mengaktifkan fungsi-fungsi kelenjar dan bersifat analgesik (penghilang rasa sakit), pereda batuk, penawar racun.
Seluruh bagian tanaman dapat digunakan sebagai obat baik untuk obat luar maupun dimunum diantaranya influensa, sakit tenggorok, paru-paru, batuk rejan (pertusis), radang saluran pernafasan (bronkitis),  hepatitis, disentri, hipertensi, diabetes melitus, ayan, bisul, borok, radang gusi, gondong (parotitis), herpes zoster, buah zakar bengkak.
Secara umum pengobatan untuk obat luar hanya digiling sampai halus dan ditempelkan pada yang sakit, sedang untuk pengobatan minum dilakukan dengan merebusnya lalu diminum. Berikut resep yang dapat diberikan:
1) Penyakit Influensa, sakit tenggorokan, gondongan, paru-paru, batuk rejan, pembengkakan prostat, pembengkakan buah pelir/zakar (orchitis). Seluruh tumbuhan dari mulai akar, batang,daun buah dicuci bersih lalu direbus dengan 1 liter air sampai tinggal setengahnya. Air rebusan disaring disiapkan 3 baian untuk diminum hangat 3 kali dalam sehari. Lakukan secara rutin.
2) Penyakit kencing manis (diabetes melitus). Seluruh tumbuhan dari mulai akar, batang,daun buah dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tinggal 1 gelas. Air rebusan disaring dan diminum hangat 1 kali dalam sehari. Lakukan secara rutin.
3) Penyakit Ayan/ sawan (epilepsi). Buah (mentah atau matang) sebanyak 10 butir dimakan langsung setiap hari secara rutin.
4) Bisul. Daun pultak-pultak secukupnya, dicuci dan ditumbuk halus lalu ditempelkan pada sekeliling bisul dan dibungkus dengan kain perban. Ganti pemakaian 2 x sehari.
5) Borok. Daun pultak-pultak secukupnya dicuci lalu ditumbuk halus dan ditambah 2 sendok makan kapur sirih lalu ditempelkan pada borok dan dibalut dengan perban. lakukan pemakaian 2 x sehari.
Untuk keterangan lebih lanjut, anda klik disini: Resep-resep Datu Bolon

Ceplukan (orang batak bilang ini adalah pultak-pultak)





 

1-Nama dan nama ilmiah

- Nama umum : Pohon Game pemerasan, meringkuk di samping pohon.
- Nama lain : pohon balsam bermunculan, lentera Pohon, yang Luu dan banyak nama lainnya.
- Nama Inggris : C ut berdaun groundcherry ,  Gigi berdaun kandung kemih ceri ...
- Nama ilmiah : Physalis angulata L.
- Sinonim :
-Physalis Esquirolii Le1vl. & Vant.
-Physalis Minima L.
-Physalis Auct pubescens. L. Non
- Spesies kedekatan:
Lu Penerimaan Amerika Selatan: Physalis peruviana
Lu huruf kecil: Physalis minima = Ph. Perviflora = Ph. Pubescens .
- Bunga lentera Cina ( Physalis alkekengi )

2-Ilmiah Klasifikasi ( Klasifikasi ilmiah )

Tentang  ( Regnum ):
Tanaman ( Plantae )
Industri  ( divisio ):
Tanaman berbunga ( Magnoliophyta )
Kelas  ( class ):
Tanaman dikotil ( Magnoliopsida )
Kementerian  ( Ordo ):
Ca ( Solanales )
Mereka  ( familia ):
Tomat ( Solanaceae )
Beban  ( genus ):
Remunerasi Lu ( Physalis )
Spesies  ( jenis ):
2-Asal dan distribusi
- Biaya Kompensasi Lu ( Physalis ) dari Mereka Ca ( Solanales ) mencakup banyak spesies tanaman asli daerah tropis dan subtropis mantan dunia dan dunia baru , dengan sekitar 75-90 spesies.
Sebagian besar spesies dalam genus ini berasal dari Mexico ở Nam Mỹ (có ít nhất 46 loài đặc hữu ở nước này).
Các loài trong Chi Thù lù là cây thân thảo đứng sống một năm hay nhiều năm, có chiều cao từ 0,4 đến 3 mét. Hầu hết các loài yêu cầu ánh nắng mặt trời đầy đủ và khí hậu khá ấm áp và chịu nhiệt độ nóng. Một số loài rất nhạy cảm với sương giá, nhưng có một số loài chẳng hạn như loài thù lù Trung Quốc, P. alkekengi, chịu đựng được nhiệt độ rất lạnh và sống được qua mùa đông.
Các loài trong Chi thù lù có đặc trưng là quả khi chín có màu cam và tương tự về kích thước, hình dạng và cấu trúc giống như quả nhãn lồng (chùm bao) với ruột quả có nhiều ngăn rộng và một số loài có quả ruột đặt giống như quả cà chua, là loại quả ăn được với tên gọi là quả anh đào đất (Groundcherry).
Genus meringkuk quả nằm một phần hay nằm gọn hoàn toàn trong một vỏ mỏng như bao giấy lớn có nguồn gốc từ các đài hoa. 
Karena koloni Spanyol dan Portugis menduduki Amerika Selatan, spesies khas lu pengenalan dan menyebar ke seluruh benua dan mereka beradaptasi untuk menjadi pohon tumbuh liar di seluruh dunia.
Saat ini di Amerika Selatan terus mengekspor khas karakteristik kinerja usus lu (Physalis peruviana) ke negara-negara di Amerika Utara, Eropa dan Asia sebagai cherry tanah (Groundcherries) lebih berharga daripada meremas pod kehidupan liar di Asia.
Type memeras Tanaman Rentang ( Physalis angulata ) c ó berasal dari Amerika tropis, maka ini menjadi pohon yang terkait dengan daerah tropis. Melihat mereka tumbuh liar di seluruh tempat, di pematang, rumput dan tanah atau pinggir jalan desa liar di seluruh Eropa selatan, Afrika, Asia, Australia dan Kepulauan Pasifik. Juga juga ditemukan di hutan dataran rendah pesisir ketinggian yang lebih tinggi dari 1.500 meter di atas permukaan laut.
Di Vietnam Selatan memeras parasit yang tidak diketahui muncul dari waktu ke waktu, tetapi telah sejak lama menjadi pohon tumbuh liar di seluruh negeri dan orang-orang yang digunakan sebagai sayuran dan digunakan dalam obat rakyat untuk menyembuhkan.
Karena parasit usus, dompet kosong, ketika hasil bermain dihasilkan berdebar ledakan khas dari spesies ini.
Dalam bahasa rakyat Vietnam, memeras polong memiliki banyak nama yang berbeda tergantung pada wilayah, dapat disebutkan nama-nama: lenteralesucroaker balas dendambalas dendam lulu c musuh Sir nhmemompa poplub untuk sekssuara pophub gandaDom DOPmembuat mengupasmeremas Untuk up ...

3-deskripsi

Remas pohon mencapai menyusun setiap tahun, tumbuh liar sepanjang tahun .
- Tubuh : Tubuh tinggi 50 - 10 cm 0, divisi beberapa cabang. Batang bulat diameter, 1-2 cm.
- Daun: Daun alternatif, oval, lobed atau dibagi, panjang 30 - 35 mm, lebar 20 - 40mm; Panjang tangkai daun dari 15 - 30mm.
- Bunga : Bunga tumbuh soliter di axils daun, mengintai sepotong, panjang sekitar 1 cm. Radio berbentuk lonceng, berbulu, dibagi menjadi 5 lobus dari tengah, corolla kuning atau putih pucat, kadang-kadang terang titik ungu di batang bunga yang sama. Buah Taiwan bagaimana pertumbuhan harus disebut efek lentera. 
- Buah : Berries bulat, halus, hijau ketika belum matang, merah saat masak, dengan stasiun utama bersama dengan buah, panjang 3-4 cm, lebar 2 cm, menutupi luar seperti tas, banyak biji berbentuk ginjal. Hasil Usus memiliki ruang kosong, sedangkan efek meremas suara meledak "bop".
- Biji : Buah mengandung banyak biji berbentuk ginjal kecil, biji pertukaran ketika emulsi makanan matang yang asam, manis.
Berbunga hasil sepanjang tahun.

Fakta 4-Nutrisi

+ Menurut Kamus Wikipedia Ensiklopedia
Komposisi gizi dari 100g pemerasan pod / balas dendam Lu
Energi
49kcal (205kJ)
Protein
1.5g
11g
yang gula
3,9g
Lemak
0.5g
Serat
0.5g
Protein
0,9g
Jumlah air
81%
Mineral dan vitamin
Sulfur
6 mg
Zinc
0,1 mg
Besi
1,3 mg
Sodium
0,0005g
Magnesium
8 mg
Kalsium
12 mg
Fosfor 39 mg
39 mg
Klorin
2 mg
Vitamin C
28 mg
Bahan kering : hasil kisaran 100g dapat menekan 80% Karbohidrat, protein 12%, 8% lemak.
Sumber : http://vi.wikipedia.org/wiki/Tam_bop
+ Menurut analisis Rencana Nguyen Dang Toan Guru
Departemen Ilmu dan Teknologi Gia Lai:
Nilai gizi dari 100 g bagian yang dapat dimakan dari buah Rentang pemerasan
Negara
78,9 g
Protein
0.054 g
Lemak
00:16 g
Serat
4,9 g
Kalsium
8,0 mg
Fosfor
55,3 mg
Besi
01:23 mg
Vitamin A
1,613 mg
Vitamin B1
0101 mg
Vitamin B2
0.032 mg
Vitamin PP
1.73 mg
Asam askorbat
43.0 mg
Sumber: Kompensasi Lu (Physalis peruviana L.) potensi tanaman baru
MSc. CHUONG- SELURUH DANG NGUYEN  Departemen Ilmu dan Teknologi Gia Lai
 
Sumber: http://hodinhhai.blogspot.com/2014/02/cay-tam-bop-thu-lu-canh.html
 

Proteksi DMCA